Asemi Nunulai, Desa Miskin di Belantara Rimba Asera
https://www.mediakonawe.com/2015/12/asemi-nunulai-desa-miskin-di-belantara.html
Kalau ada warga yang sakit, kita hanya bisa mengandalkan jasa dukun kampung, karena disini, ada bangunan sarana kesehatan tetapi petugasnya tidak ada
MEDIA KONAWE, WANGGUDU – Desa Asemi Nunulai merupakan salah
satu desa dari 159 desa yang berada di Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi
Tenggara.
Desa Tambua, yang di pengujung tahun 2008 lalu, berubah
status menjadi sebuah desa definitif bernama Desa Asemi Nunulai , dimana desa
ini sebelumnya (Tambua) masuk dalam deretan catatan sejarah panjang Republik Indonesia dengan pergolakan Darul
Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) Sulawesi Selatan-Tenggara yang di Pimpin
Letkol Abdul Kahar Muzakkar yang
klimaksnya dimana kampung Tambua saat itu (3 Pebruari 1960), menjadi medan
perang, Operasi Tumpas TNI dari Satuan Siliwangi
330 dengan anggota pengawal Kahar Muzakkar.
Kondisi geografis
Desa Asemi Nunulai berada di tengah belantara hutan Asera dengan deretan bebukitan
dan belahan sungai Lasolo menggambarkan desa ini sebagai desa terpencil yang
sulit transportasi.
Mengunjungi desa ini menggunakan transportasi sungai dengan
perahu motor tempel (Katinting) melawan derasnya arus kali lasolo dengan waktu
tempuh selama 2 jam tiba di pelabuhan kecil, tempat bersandarnya katinting yang
dibuat seadanya. Kemudian berjalan kaki mengitari bebukitan dan hamparan
ilalang sejauh 8 km hingga tiba di desa ini.
Desa Asemi Nunulai dengan penduduk 57 kepala keluarga (KK) yang
juga merupakan eks transmigrasi ini, didiami beberapa suku diantaranya, Sunda,
Jawa, Tolaki, Bugis dan Tator dengan mata pencaharian warganya bercocok tanam,
padi sawa dan ladang serta tanaman perkebunan rakyat lainnya seperti, merica,
kakao, jambu mete dan sebagian masyarakatnya hidup dari hasil hutan.
Kini, Desa Asemi Nunulai di pimpin Kepala Desanya, Asrin, terus
bekerja keras menata desa yang berpenduduk 346 jiwa ini. Berbagai program pembangunan
yang dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten konawe utara disambutnya dengan
melibatkan peran serta masyarakat desa yang berada di belantara hutan Asera
ini.
“Pemerintah Desa dan masyarakat Asemi Nunulai adalah masyarakat yang tangguh, pekerja
keras walaupun dengan berbagai keterbatasan, karena kami berperinsip harus
bertahan hidup di tengah hutan rimba Tambua ini,”ungkap Kades Asrin kepada
media ini.
Bisa dibayangkan, saat hujan lebat seperti sekarang ini,
derasnya arus kali Lasolo sewaktu-waktu bisa mengancam keselamatan kita saat
menyeberang, sehingga jika ada warga masyarakat yang sakit dan harus di bawah
rumah sakit menjadi dilema bagi kami. “Kalau ada warga yang sakit, kita hanya
bisa mengandalkan jasa dukun kampung, karena disini, ada bangunan sarana
kesehatan tetapi petugasnya tidak ada ,”ungkap Asrin.
Yang paling memprihatinkan lagi, kata Asrin, masyakat kami
berpasar ke Asera yang harus menghabiskan waktu seharian hanya untuk berpasar, sehingga
jika hujan lebat beberapa hari dan warga kehabisan beras maka alternatifnya,
masyarakat ke hutan mencari ‘wikoro’ sejenis ubi hutan sebagai pengganti
makanan.
“Kami sangat berharap, pemerintah kabupaten bisa memperbaiki
jalan kami yang rusak parah dan sudah terputus sejak tahun 1996 lalu itu.
Karena jalan itu satu-satunya akses darat yang menghubungkan desa kami dengan
daerah luar,”tandas Asrin.
MK/JM